Masa Muda Tawarkan Masa Depan

Oleh : , Pengajar Tahfidz Masjid Al-Fatah Ciparay, Garut

adalah masa emas yang tak akan bisa diulang kembali. Masa, di mana semua jejak lembaran masih mudah untuk diisi.

Masa muda adalah waktu yang terbaik untuk membangun pondasi karakter diri. Mempersiapkan jiwa untuk menghadapi arus ujian di masa depan nanti.

Anies Baswedan, yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta,  pernah berkata dalam quotenya, “Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan!.”

Namun, masa muda ini juga adalah masa yang paling rawan. Sebagaimana sebuah tumbuhan muda yang siap menuju matang, begitu rentan dan sensitif terserang hama yang mengancamnya. Sehingga tak mampu tumbuh dengan kuat, sehat dan sempurna. Untuk itu perlu bimbingan syariat agar ia tumbuh baik dan  kuat sebagaimana takdir dia sebagai penerus perjuangan masa depan nanti.

Sehubungan dengan kondisi itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

Artinya : “Tidak akan bergeser kaki manusia pada Hari Kiamat dari sisi Tuhan-nya sehingga ditanya tentang lima hal : Tentang umurnya untuk apa ia gunakan, tentang masa mudanya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, serta tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmunya).” (HR At-Tirmidzi).

Nampak jelas sekali, nanti, setiap manusia akan mempertanggungjawabkan tentang lima hal tersebut, salah satunya adalah tentang usia mudanya, dihabiskan untuk apa kesempatan itu. Tentu hal ini menjadi perhatian penting yang harus digenggam, berkaitan dengan persiapan agar usia muda dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Gunakan dengan Maksimal

Usia muda sangat erat kaitan dengan waktu yang begitu lapang. Namun, sejatinya manusia hanya diberikan umur yang singkat dan sebentar saja.

Bahwa umur umat manusia pada akhir jaman ini hanya sekitar sampai 60-70 tahunan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri pernah memberitahukan usia kebanyakan umatnya yang berkisar antara 60-70 tahun.

 عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ رواه الترمذي

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi).

Demikianlah, gambaran yang diberitakan Rosul tentang sisa umur manusia saat ini, hanya sekitar 60-70 tahunan. Berati kalau dihitung dengan hitungan jam, masa muda sampai menuju tua hanya mempunyai waktu 564.480 jam, sebanding dari umur 1 tahun sampai ke 70 tahun.

Kenyataan ini harusnya membuat kaum muda mengerti bahwa waktunya begitu sangat singkat dan menuntut harus efektif dan maksimal dalam menggunakannya untuk kebaikan dan kemanfaatan.

Untuk karena itu, agar waktu habis dengan maksimal, diperlukan sebuah tujuan yang jelas dalam penggunaannya. Timbulah pertanyaan, lantas apakah tujuan hidup ini sebenarnya? Tak lain hanyalah untuk beribadah semata.

Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa Allah menciptakan manusia memang untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tentu dalam arti yang luas, bukan hanya shalat dan ngaji Quran. Termasuk para pemuda berkegiatan positif, manfaat dan sesuai syariat, itupun bagian dari ibadah.

Seperti disebutkan di dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz Dzariyat/51: 56)

Sangat begitu jelas, bahwa tujuan hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada lagi tujuan yang lain. Begitu juga tujuan masa muda harusnya dihabiskan untuk totalitas memberikan pengabdian kepada Alloh dari seluruh potensi yang dimilikinya.

Pegangan Kaum Muda

Tentu setelah tahu tentang tujuan hidup ini. Ada hal penting yang harus di perhatikan lagi, berhubung bahwa masa muda adalah masa yang begitu banyak ujiannya.

Sesuai nasihat Rasulullah Shallalalhu ‘Alaihi Wasallam kepada anak muda, ada beberapa hal yang menjadi pegangan, agar masa muda berlalu dengan selamat.

Yang Pertama. Seorang pemuda harus pintar memilih seorang teman atau sahabat. Karena hal ini sangat menentukan menjadi seperti apa ia ke depannya.

Seorang teman, sangat berpengaruh sekali dalam membentuk kebiasaan dan pola pikirnya nanti. Oleh karena itu, Allah membimbingnya agar tidak terjadi penyesalan nanti, seperti kisah yang tertulis didalam surat Al-Furqon ayat 27-29.

وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلً

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Menggigit tangan (jari) maksudnya menyesali perbuatannya.”

يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Yang dimaksud dengan si Fulan, ialah syaitan atau orang yang telah menyesatkannya di dunia.”

لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِلْإِنسَٰنِ خَذُولًا

“Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.”

Begitulah, gambaran penyesalan seseorang yang salah memilih teman di dunia. Hingga penyesalan itu terbawa sampai ke akhiratnya.

Saking pentingnya memilih seorang sahabat pada waktu muda, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai memberi perumpamaan tentang teman yang baik dan teman yang buruk.

Ini seperti disebutkan dalam hadits Abu Musa al Asyari, dari Nabi, beliau bersabda, yang artinya: “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk laksana pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi bisa jadi akan memberimu wewangian atau kamu membeli wewangian darinya atau kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi bisa jadi akan membakar bajumu atau kamu mendapatkan aroma tidak sedap darinya.” (HR Bukhari).

Sehubung begitu hebatnya pengaruh seorang teman atau sahabat diwaktu masa muda. Tentu harus pandai dalam memilihnya.

Yang Kedua, seorang pemuda harus mengedepankan akhlaqul karimah, sebagai pembiasaan yang baik. Karena akhlaq yang baik sangat berat timbangannya di akhirt kelak.

Sebagai pembiasaan diri sehingga melekat menjadi jadi diri yang tertancap dijiwa pemuda. Nabi sendiri pernah berwasiat kepada Mu’adz saat muda.

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal (sahabat Nabi, yang usianya masih muda), ia berkata, “Wasiat terakhir yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepadaku adalah ketika aku meletakkan kaki di pelana dari kulit, beliau bersabda, ‘Baguskanlah akhlakmu terhadap manusia wahai Mu’adz bin Jabal.” (HR Imam Malik, dinyatakan dha’if oleh Al-Albani).

Diriwayatkan  juga dari Abdullah bin Umar bahwasannya Mu’adz bin Jabal hendak melakukan perjalanan, ia berkata, “Wahai Rasulullah nasihatilah aku.” Beliau bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.” Muadz berkata, “ hendaknya kamu membaguskan akhlakmu.” (HR. Hakim, dinyatakan Hasan oleh Al-Albani).

Yang Ketiga, seorang pemuda harus menjaga pandangannya. Karena pandangan adalah sumber pertama penyebab rusaknya seorang pemuda.

Ditambah, pada jaman yang serba canggih dan cepat ini, pengrusakkan pemuda terjadi setiap detiknya, jati diri mereka seolah hilang dan tak nampak kepermukaan dunia. Semua hilang tergerus trend dan mengejar ajang viral, sebuah kesenangan yang tak bermakna.

Terkait hal ini, Ibnul Qoyyim berkata, “Pandangan mata merupakan akar seluruh peristiwa yang menimpa manusia. Sebab pandangan melahirkan lintasan, lintasan melahirkan pikiran, pikiran melahirkan syahwat, kemudian syahwat melahirkan kemauan. Selanjutnya kemauan mengguat dan menjadi tekad membaja. Lalu terjadilah tindakan yang merupakan keniscayaan, kecuali bila ada penghalang yang menghalanginya.”

Dalam hal ini, ada ungkapan “kesabaran dalam menundukan pandangan lebih mudah daripada kesabaran menghadapi penderitaan yang muncul sesudahnya.”

Akhirnya, hanya Allah-lah tempat kita meminta tolong dari segala bencana buruk yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Allah-lah yang Maha Kuasa, yang mampu mempersiapkan generasi-generasi terbaik untuk umat ini kelak.

Semoga kita dijauhkan dan diselamatkan dari segala fitnah yang mengancam, baik di siang  ataupun di malam hari, dan juga disepanjang hidup kita ini. Aamiin. (A/hsn/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.