Oleh: KH Bachtiar Nasir
Da’i dan Ulama mengkaji dan mendalami Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
DITERIMA atau tidaknya ibadah kita kepada Allah SWT. tergantung kepada niat kita dalam melaksanakan amal ibadah tersebut. Apakah niat kita ikhlas hanya beribadah karena dan hanya untuk Allah atau ada niat-niat lain selain Allah? Jadi ikhlas adalah syarat mutlak diterimanya ibadah seseorang karena ialah inti dari perintah Ibadah yang Allah sampaikan kepada manusia melalui para rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Surat Al-Bayyinah [98]: 5).
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Surat Al-An’am [6]: 162).
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Surat Al-Mulk [67]: 2).
Al-Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan paling baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Ketika ditanya apakah yang dimaksud dengan paling ikhlas dan paling benar itu, beliau mejawab,” Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia tidak akan diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas, maka ia juga tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang dikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurut Sunnah Nabi SAW.” Kemudian dia membaca ayat,:
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Surat Al-Kahfi [18]:110).
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Makna Ikhlas
Banyak sekali definisi ulama tentang ikhlas yang pada intinya maksudnya adalah hanya menjadikan Allah SWT satu-satunya tujuan dalam beribadah dengan mengenyampingkan segala sesuatu selain Allah seperti pandangan dan pujian manusia ataupun kepentingan diri sendiri. Ibnu al-Qayyim menjelaskan bahwa ikhlas adalah menjadikan Allah SWT satu-satunya tujuan dalam mengerjakan ketaatan, dan juga dikatakan bahwa ikhlas adalah membersihkan segala amal perbuatan dari pandangan makhluk.
Al-‘Izz bin Abdussalam mengatakan bahwa ikhlas adalah jika seseorang mengerjakan ketaatan murni karena Allah semata, tidak mengharapkan penghormatan manusia, mendapatkan manfaat agama atau menolak bahaya duniawi.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa ikhlas adalah jika seluruh amal ibadah kamu hanya untuk Allah Ta’ala dan hati kamu tidak senang dengan pujian manusia serta tidak memperdulikan cacian mereka.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Kita berharap dalam segala amal ibadah, kita dapat melakukannya dengan penuh keikhlasan tanpa ada riya, sum’ah dan ujub di dalamnya karena semua itu akan merusak ibadah kita dan menjadikannya sia- sia tidak diterima oleh Allah SWT. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: قال الله تبارك و تعالى: أنا أغنى الشركاء عن الشرك, من عمل عملا أشرك فيه غيري, فأنا بريء منه. رواه مسلم
Dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, telah berfirman Allah tabaraka wa ta’ala, “Aku adalah Dzat yang tidak ada sekutu. Maka barang siapa melakukan suatu perbuatan dan dia menyekutukan aku dengan yang lain, maka Aku memutuskan hubungan daripadanya.” (Riwayat Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: من سمّع سمّع الله به, و من رأى رأى الله به. رواه البخرى و مسلم
Dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, “Barang siapa )melakukan perbuatan supaya( didengar (orang), maka Allah (akan memperdengarkan aib) yang ada padanya. Barang siapa (melakukan amal perbuatan karena) pamer, niscaya Allah (akan memperlihatkan aib) yang ada padanya.” (Riwayat Bukhari & Muslim).
Adapun di antara cara agar kita dapat mencapai ikhlas dalam segala amal ibadah kita adalah:
- Meyakini bahwa kita hanyalah seorang hamba, dan seorang hamba tidak berhak mendapatkan balasan atas khidmatnya kepada tuannya. Pahala dan ganjaran yang kita dapatkan dari Allah SWT. adalah merupakan rahmat dan kebaikan dari Allah SWT.
- Mengaggap remeh semua amal ibadah yang telah dilakukan, dan meyakini bahwa segala amal ibadah yang telah dilakukan merupakan hidayah dan nikmat dari Allah sehingga kita dapat melaksanakan ibadah tersebut.
- Memperbanyak amal ibadah yang tersembunyi dan tidak dilihat orang seperti sholat malam dan sedekah tersembunyi dan tidak membicarakan amal ibadah yang telah dilakukan.
- Memperdalam ilmu dan keyakinan kita terhadap asma Allah SWT juga ilmu tentang ikhlas dan segala yang menghilangkannya dari sifar riya, sum’ah dan ujub.
- Selalu berdo’a dengan penuh pengharapan kepada Allah agar bisa dapat ikhlas dalam beribadah dan terhindar dari sikap riya, sum’ah dan ujub.
- Tidak mempedulikan apapun omongan dan perkataan manusia, baik itu pujian mahupun cacian karena tidak ada seorangpun yang pujiannya bermanfaat atau caciannya berbahaya kecuali Allah SWT.
- Selalu mengingat kematian dan kehidupan setelahnya.
- Takut akan akhir hidup yang buruk (su`ul khatimah).
- Berteman dan mendekati para orang shalih. (A/R4/P1)
Mi’raj ews Agency (MINA)