Mewaspadai Golongan Munafik (Oleh: Bahron Ansori)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

adalah segolongan manusia yang menyusup ke tengah barisan orang-orang beriman. Mereka berada dalam tubuh umat Islam menyimpan banyak strategi dan siasat licik tanpa peduli halal-haram. Mereka adalah mata orang-orang kafir dan musuh Islam yang sengaja ditanam. Mereka akan selalu mencari celah untuk merusak tatanan kehidupan, mental spiritual, dan persatuan kaum muslimin.

Mereka memiliki banyak topeng palsu untuk melindungi wujud aslinya demi menyukseskan misi penghancuran barisan kaum muslimin dari dalam. Golongan munafik adalah golongan penduduk bumi yang paling keji. Mereka sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin. Seperti disinyalir dalam firman Allah ‘azza wajalla,

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Al-Munafiqun: 4)

Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi rahimahullah mengatakan, “Allah ‘azza wajalla menyebut golongan munafik di dalam al-Quran lebih banyak dari menyebut kaum Yahudi, sebab golongan munafik menggunakan perantara-perantara syar’i untuk menghancurkan prinsip dasar Islam. Keberadaan mereka tersamarkan dari khalayak.”

Golongan munafik adalah kawanan yang berbahaya. Bahaya yang mereka buat lebih berbahaya dari bahaya yang dibuat musuh yang memiliki wujud yang jelas. Oleh sebab itu, Allah ‘azza wajalla menyebut mereka dengan “Mereka adalah musuh, maka berhati-hatilah,” Allah ‘azza wajalla tidak menyebut mereka dengan “Mereka adalah bagian dari musuh.”

Allah ‘azza wajalla berfirman,

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9)

Allah ‘azza wajalla telah mengungkap banyak sifat munafik di banyak tempat dalam al-Quran. Berikut sifat-sifat munafik yang ditunjukkan oleh Allah ‘azza wajalla agar dapat menjadi kewaspadaan bagi setiap orang mukmin untuk mendeteksi keberadaan mereka di dalam tubuh barisan kaum muslimin.

Pertama, di dalam hati golongan munafik terdapat penyakit. Golongan munafik sejatinya sama sekali tidak memiliki keberanian mental untuk menunjukkan wujud asli mereka di hadapan orang mukmin. Mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemurnian keimanan mereka, jika mereka bersikukuh mengaku beriman. Mereka tidak akan pernah mau terang-terangan jika mereka sebenarnya sangat mengingkari kebenaran.

Mengapa bisa demikian? Sebab dalam hati golongan munafik terdapat penyakit. Sejatinya hati mereka sakit sehingga mereka menyimpang dari jalan iman.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)

Kedua, golongan munafik adalah perusak yang mengaku pembawa perbaikan. Di antara ciri munafik adalah selalu mengaku-aku sebagai pembawa perbaikan, padahal sebenarnya mereka itulah golongan yang selalu melakukan aktivitas perusakan di muka bumi ini. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghancurleburkan tiap gagasan-gagasan kebaikan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’.” (QS. Al-Baqarah: 11)

Allah ‘azza wajalla dengan sangat tegas membongkar karakter munafik mereka ini dengan argumentasi final. Merekalah golongan yang sebenarnya sedang memerangi proyek perbaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 12)

Ketiga, golongan munafik adalah golongan orang-orang dungu level ilusi. Salah satu ciri karakter orang dungu adalah merasa lebih tinggi levelnya dari orang lain. Mereka lebih suka mengaku diri sebagai golongan yang memiliki keimanan dan keikhlasan yang kuat. Padahal sejatinya itu hanyalah ilusi dan klaim belaka. Karena sejatinya mereka adalah orang-orang dungu yang gemar melakukan penyimpangan. Itulah mengapa mereka termasuk dalam golongan munafik.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman’. Mereka menjawab: ‘Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah: 13)

Keempat, golongan munafik adalah manipulator dan ahli konspirasi. Golongan munafik memang dikenal sebagai manusia yang paling licik dalam membuat siasat. Segala bentuk sifat kekejian, pengecut, busuk, dan kotor melekat pada diri mereka. Mereka memasang wajah palsu sesuai dengan situasi dan kondisi yang menguntungkan.

Jika mereka sedang berada di tengah kerumunan orang beriman, mereka mengenakan topeng keimanan hingga tampak samar perbedaan antara kemunafikan mereka dengan umat beriman. Mereka baru akan membuka topeng wajah ketika berada di tengah kerumunan orang-orang kafir dan setan-setan berwujud manusia yang notabene adalah kawan perjuangan mereka.

Allah ‘azza wajalla berfiman,

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (QS. Al-Baqarah: 14)

Akan tetapi, Allah ‘azza wajalla menghadapi mereka dengan ancaman mengerikan yang dapat mengguncang eksistensi mereka sehingga mereka menjadi kehilangan arah dan terpukul. Jalan yang telah mereka pilih sejatinya adalah jalan yang menambah parah kesesatan dan permusuhan mereka terhadap umat beriman.

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16)

Bukankah mereka ini adalah segolongan manusia yang menyukai jalan kemunafikan yang mereka tempuh? Bukankah sebenarnya keimanan telah berada di depan mata mereka? Bukankah petunjuk Allah ‘azza wajalla telah nyata di sekeliling mereka?

Namun, karena mereka lebih memilih jalan kemunafikan, maka mereka merasakan sensasi kesesatan jalan yang mereka pilih sendiri.

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”  (QS. Al-Baqarah: 17)

Akhirnya, mereka menanggung hukuman berupa guncangan hati, kesesatan pikiran, dan kebingungan jalan hidup.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 19)

Mereka pun akhirnya juga harus menanggung kegelapan dan kebutaan penglihatan dan bashirah.

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20)

Kelima, golongan munafik paling hobi berkhianat. Golongan munafik di permukaan telah membuat janji dengan Allah ‘azza wajalla untuk melaksanakan berbagai amal kebaikan, berkomitmen untuk melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, namun karena para pengkhianat janji itu hatinya hampa, akalnya kosong, dan setan-setan telah berhasil menjajah diri mereka, akhirnya dengan begitu mudahnya mereka berkhianat terhadap perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah ‘azza wajalla.

Allah ‘azza wajalla berfirman dalam beberapa ayat suci-Nya,

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. At-Taubah: 75).

فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

“Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. At-Taubah: 76)

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكَذِبُونَ

“Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah: 77)

Keenam, golongan munafik selalu loyal kepada orang kafir dan benci kepada orang mukmin. Kecintaan orang-orang golongan munafik terhadap orang-orang kafir mereka letakkan jauh di atas dan selalu dijunjung tinggi. Sementara itu, mereka sama sekali tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang beriman.

Orang-orang munafik lebih senang bergaul dengan orang-orang kafir, sementara keberadaan mereka di tengah kaum muslimin hanyalah sebuah kedok palsu yang tampak dari luar di mana mereka memiliki kepentingan busuk untuk mengacaukan barisan kaum muslimin.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa’: 139)

Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sifat-sifat munafik, wallahua’lam.(A/RS3/P1)

(dari berbagai sumber)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.