MUFTI BESAR ARAB SAUDI : SAUDI DUKUNG PALESTINA

Mufti Besar Arab Saudi Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdullah Aalu Syeikh -alarabiya.net -
Mufti Besar Arab Saudi Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdullah Aalu Syeikh -alarabiya.net –

Riyadh, 7 Syawal 1435 H / 3 Agustus 2014 M (MINA) – Mufti Besar Arab Saudi, Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdullah Aalu,  menegaskan dukungan Kerajaan Saudi terhadap bangsa Palestina dalam meraih kemerdekaannya.

“Saudi terus berdiri bersama Palestina di semua forum internasional dan selalu berupaya sebisa mungkin menghentikan serangan Zionis Israel,” ujarnya kepada harian Al-Hayat, Jum’at (1/8) lalu, Riyadh, Arab Saudi, yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Pernyataan tersebut sekaligus menepis keraguan sejumlah pengamat atas dukungan Arab Saudi terhadap bangsa Palestina yang tengah berjuang melawan penjajah Zionis Israel.

Menurut mufti,  Kerajaan Arab Saudi berupaya sekuat tenaga menghentikan serangan orang-orang dhalim ke Gaza.

Syeikh ‘Abdul ‘Aziz yang juga ketua Dewan Ulama Besar Saudi mengatakan mereka yang mengkritik posisi Saudi terhadap agresi militer Zionis Israel ke Gaza sebenarnya telah salah memahami.

Sebaliknya dia mengkritik sikap dunia internasional yang seolah hanya bisa diam menyaksikan tragedi penderitaan warga Gaza akibat serangan Israel. “Diamnya dunia internasional merupakan kenyataan. Tidak ada suara-suara yang menyeru menghentikan serangan dhalim ke Gaza,” tegasnya.

Sebelumnya, di hari yang sama, Raja Saudi Abdullah bin Abdul ‘Aziz Aalu Su’ud dalam sebuah pidatonya menganggap Bangsa Palestina sebagai saudara kandung Arab Saudi dan menyebut aksi militer Zionis Israel  ke Gaza merupakan kejahatan perang.

“Kami memandang darah saudara-saudara kandung kami di Palestina sedang tertumpah akibat pembantaian massal dan tidak pandang bulu. Ini merupakan kejahatan perang melawan kemanusiaan,” ujarnya seperti dikutip dari media Arab Saudi okaz.com, Sabtu.

Para pengamat Timur Tengah menilai pidato Raja Abdul Aziz tersebut menjadi jawaban atas tuduhan kolumnis-kolumnis Barat yang mencurigai Saudi mendukung langkah Israel menumpas gerakan-gerakan perlawanan di Gaza.

Sebelumnya, beredar kabar menyebutkan telah terjadi pertemuan rahasia antara mantan Kepala Intelijen Saudi, Turki al-Faisal dengan mantan Kepala Divisi Intelijen Israel yang juga Direktur “Pusat Studi Keamanan Nasional” Israel, Jenderal Amos Yadlin akhir Februari di Brussels.

David Hirts, analis politik timur tengah asal Inggris, dalam tulisan opininya di harian Amerika Serikat, Huffington Post, edisi 20 Juli 2014, menuduh Saudi mendanai operasi militer Israel di Jalur Gaza. Beberapa foto-foto pertemuan antara Turki Faishol dengan Amos Yadlin itupun beredar luas di media-media Arab yang menguatkan kecurigaan David Hirts.

Menurutnya pertemuan Turki Faishol dan Amos Yadlin tersebut membahas operasi pemberantasan gerakan-gerakan Islam di Palestina diantaranya Hamas. Jika proyek ini berhasil, katanya, Saudi bersedia membuka kedutaan besar Israel di negaranya.

Namun tuduhan tersebut segera dibantah Saudi. Melalui Duta Besar-nya di Inggris, Emir Muhammad Nawaf, Saudi menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan merupakan kebohongan besar.

“Adalah kebohongan yang tak berdasar dan bisa saja keluar dari siapapun yang menganggap dirinya pemimpin redaksi di media manapun,” ujarnya seperti dikutip harian Sabq Online, Rabu (30/7).

Nawaf menegaskan Arab Saudi sejak dulu hingga sekarang dan seterusnya akan mendukung bangsa Palestina untuk merebut kembali tanah mereka yang dirampas dan mendirikan negara mereka kembali.

“Bangsa Palestina adalah saudara kami. Yakinlah bahwa kami bangsa dan pemerintah Kerajaan Arab Saudi tak akan meninggalkan mereka. Kami akan melakukan segala upaya untuk membantu mereka agar kembali ke negeri dan tanah mereka yang telah dikuasai Israel dengan cara yang illegal, menggunakan senjata, pendindasan serta kedhaliman,” tambahnya.

Sebagai bukti dukungannya terhadap bangsa Palestina, akhir Juli lalu Arab Saudi menggelontorkan dana sebesar 500 juta real untuk membantu warga Gaza yang menderita akibat agresi militer Israel yang telah berlangsung hampir satu bulan dan telah menewaskan lebih dari 1.600 jiwa dan melukai 8500 orang. (Taufiq/IR).

Wartawan: توفيق

Editor: Ismet Rauf

Comments: 0