New York, 18 Jumadil Akhir 1438/17 Maret 2017 (MINA) – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, konflik dan kemiskinan memicu perdagangan manusia serta perbudakan senilai 150 tiliun dolar AS (sekitar 2.000 triliun rupiah) per tahun masuk ke kas organisasi kejahatan di seluruh dunia.
“Jaringan perdagangan manusia sudah menjadi isu global,” ujar Sekertaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. Dia mengatakan, korban perdagangan manusia ditemukan di 106 negara, VOA news melaporkannya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat (17/3).
Sekitar 21 juta orang diperkirakan menjadi korban. Mereka dimanfaatkan untuk kerja paksa, budak seks, dipaksa menjadi pelacur, atau tanpa sengaja direkrut ke dalam kelompok-kelompok bersenjata. Bahkan organ mereka diperdagangkan untuk di jual di pasar transplantasi ilegal.
“Untuk kejahatan yang terorganisir, perdagangan manusia merupakan bisnis kriminal yang terbesar,” kata Kepala Kantor PBB Bidang Narkoba dan Kejahatan, Yury Fedotov.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Konflik di Suriah, Afghanistan, Somalia, dan tempat lainnya banyak mengakibatkan jutaan orang putus asa sehingga mudah terjaring pada kasus perdagangan manusia.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Somalia, Ilwad Elman mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa di negaranya, wanita, anak-anak diperdagangkan untuk menjadi pekerja rumah tangga, prostitusi secara paksa hingga dijual organnya.
“Konflik dan ketidakamanan berkembang sehingga banyak yang berputus asa. Dan para pelaku perdagangan manusia hadir menunjukkan dirinya sebagai sebuah tiket untuk keluar dari semua permasalahan tersebut,” ujarnya.(T/R04/R01)
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)