PENINGKATAN KUALITAS GURU KUNCI UTAMA BAGI KEMAJUAN PENDIDIKAN INDONESIA

Bedah Buku       Jakarta, 1 Shafar 1434/14 Desember 2012 (MINA) –  Peningkatan kualitas guru merupakan kunci utama untuk meraih keberhasilan dalam pendidikan Indonesia, demikian salah satu kesimpulan akhir Diskusi dan Launching Buku Darurat Pendidikan – Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan, di Jakarta  Kamis (13/12).  

 

        Kebijakan pemerintah selama ini baru sebatas  di atas kertas, perlu upaya bersama  untuk mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia  yang jauh teringgal dari Negara Negara lain.   

 

       Tampil dalam acara yang diseleggarakan oleh Institute for Ecosoc Right tersebut antara lain tokoh Nasional dan Pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang KH Salahudin Wahid, pengamat sekaligus kritikus pendidikan  Dr. Karlina Suparli, tokoh pendidikan Indonesia Timur Dr. Hubart Thomas Hasuhi, dan praktisi pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta Dr. Susi Fitri.

 

       Menurut Salahudin Wahid kesejahtraan guru saat ini sangatlah memprihatinkan terutama di berbagai daerah yang tidak terpantau pemerintah. Akibatnya mutu pendidikan Indonesia menduduki peringkat ketiga terendah di dunia setelah Brazil.

 

     “Para pemimpin di negeri ini hanya memperhatikan pendidikan anak-anak dan keluarganya saja. Pemerintah tidak peduli terhadap kualitas guru dan pendidikan. Akibatnya banyak murid yang tidak bisa mengejar standar ujian nasional, sehingga terpaksa para guru memberi bocoran soal, contekan dan manipulasi nilai. Maka terciptalah lingkaran syetan dalam system pendidikan kita,” ujar Gus Solah panggilan akrab Salahudin Wahid.

 

        Lebih lanjut Gus Solah mengingatkan pemerintah agar membantu dan memperhatikan lembaga-lembaga pendidikan swasta, karena hal tersebut sudah diatur dalam konstitusi dan UUD 45.

 

      “Untuk mengejar ketertinggalan pendidikan kita, pemerintah juga harus memperhatikan lambaga pendidikan  swasta seperti pondok pesantren, karena pesantren terbukti sebagai lembaga pendidikan alternatif bagi masyarakat yang terbukti ampuh,” ujar Gus Solah.

 

      Sementara itu Dr. Karlina Supeli dalam paparannya mengungkapkan bahwa ada tiga komponen pendidikan yang harus bekerja secara simultan agar kualitas pendidikan Indonesia lebih baik.

 

      Ketika komponen tersebut meliputi kesadaran, dukungan dan usaha masyarakat untuk menyadari akan pentingnya pendidikan, kebijakan pemerintah terhadap pendidikan yang konsisten, dan birokrat pendidikan yang professional sebagai pelaksana kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

 

     “Tujuan utama pendidikan adalah mencetak karakter bangsa. Upaya sertifikasi guru tidak ada gunanya jika sebatas kebijakan parsial, demikian juga adanya kebijakan akreditasi lembaga pendidikan menyebabkan lembaga pendidikan menjadi seperti industri yang komersial,” ujar sarjana astronomi wanita pertama di Indonesia tersebut.

 

      Panelis lain dalam acara tersebut Dr. Hubart Thomas Hasuhi menilai bahwa system pendidikan zaman kolonial Belanda jauh lebih baik dan berpihak pada rakyat daripada kebijakan pemerintah saat ini, khususnnya untuk kawasan Indonesia Timur.

 

       Ia mengungkapkan “Pemerintah lebih banyak menafsirkan sendiri berbagai kebijakannya tanpa melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan.”  (L/R-016/R-006)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Admin

Comments: 0