Anugerah BRIN-Sarwono Award untuk Pakar Teknologi Pangan

(Foto: Istimewa)

Jakarta, MINA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan BRIN Sarwono Award (SA) dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture (SML) 2022 dalam rangka mendukung Bioetika untuk Kedaulatan Pangan.

Penerima award adalah Prof. Dr.Ir. C. Hanny Wijaya, Guru Besar Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Penganugerahan Sarwono Award dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture 2022 kepada pakar bidang bioproses ini, digelar di Auditorium Sumitro Djodjohadikusumo BRIN, Lantai 3, Gedung B. J. Habibie, Thamrin, Jakarta, Selasa (23/8).

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyatakan, penganugerahan ini dilaksanakan atas pertimbangan BRIN sebagai satu-satunya lembaga riset dan inovasi di Indonesia perlu menyelenggarakan pemberian apresiasi kepada seseorang yang telah berjasa dalam memajukan iptek, dan mendiseminasikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat serta mempunyai reputasi, baik nasional maupun internasional, melalui orasi ilmiah.

“Rekam jejak seorang ilmuwan/ periset sangat berperan penting dalam penghargaan ini, dan merupakan suatu “life time achievement” bagi ilmuwan/periset untuk menunjukkan kualitas dan entitas diri,” kata Handoko saat acara penganugerahan Sarwono Award dan SW 2022.

Dia mengatakan, para periset BRIN hendaknya memiliki semangat seperti Prof. Sarwono dalam bekerja menghasilkan iptek dan inovasi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

“Kita patut bersyukur dan bangga terhadap kegigihan dan dedikasi Prof. Sarwono dalam membangun iklim kegiatan riset untuk memajukan iptek Indonesia. Karena itu, kami BRIN merasa tepat untuk kembali mengabadikan nama Prof. Sarwono Prawirohardjo untuk dilekatkan pada penganugerahan Penghargaan ini,” ujar Handoko.

Di tengah pandemi covid-19, Handoko menegaskan, dunia riset dan inovasi dipacu untuk memberikan kontribusi besar dalam menangani pandemi covid-19 dan menangani dampaknya terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Baca Juga:  Dakta Peduli Adakan Pelatihan Sembelih Hewan Kurban

Walaupun dalam keterbatasan dan hambatan, effort yang dilakukan para periset BRIN dalam berbagai bidang riset di masa konsolidasi ini telah mampu menghasilkan berbagai capaian dalam penanganan covid-19.

“Riset dan inovasi yang telah dihasilkan selama pandemi merupakan gambaran motivasi dan langkah awal kolaborasi periset BRIN untuk bergerak bersama membangun iklim riset yang kondusif, baik dengan sesama periset pemerintah, swasta maupun akademisi, demi untuk kemajuan riset nasional,” tambah Handoko.

Handoko berharap ke depan akan muncul lebih banyak SDM Iptek yang unggul sebagai tokoh-tokoh periset nasional yang akan menunjukan karya nyatanya untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa.

Kontribusi periset  dan inovasi untuk memberikan solusi permasalahan bangsa sangat ditunggu-tunggu. Ini merupakan tantangan yang mau tidak mau harus disikapi para periset di tanah air.

BRIN SA 2022 diberikan kepada Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, sosok ilmuwan Indonesia yang berfokus pada bidang pangan, khususnya pangan fungsional. Hanny adalah seorang Guru Besar Program Studi Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Ia juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI).

Selain itu, Hanny juga berkiprah sebagai dosen tamu dan penguji eksternal di beberapa universitas dalam maupun luar negeri.

Banyak sekali kontribusi ilmiah yang telah ia berikan, diantaranya lebih dari 100 publikasi jurnal nasional dan internasional, 10 buku, dan beberapa buku bab termasuk dalam buku pegangan Kimia Pangan yang diterbitkan oleh Springer.

Baca Juga:  Pesawat Latih Jatuh di BSD, Tiga Tewas

Sebanyak 15 paten hasil karya beliau yang telah disetujui, 2 dari paten-paten tersebut sudah dan akan dikomersilkan, yakni permen fungsional dengan nama Cajuputs Candy, dan minuman herbal fungsional dengan nama Glucodiab.

“Dosen Jamu” menjadi julukan Hanny, dikarenakan banyak sekali mengajar mata kuliah terkait jamu di beberapa universitas di luar negeri.

Salah satu harapan Hanny adalah ingin menciptakan image dunia pertanian di Indonesia lebih mempunyai greget positif di mata masyarakat Indonesia dan internasional.

“Indonesia dengan sekian banyak penduduknya, belum ada satupun yang meraih hadiah Nobel. Sehingga saya melihat perlunya diciptakan iklim dari penghargaan dan kesempatan bagi generasi muda kita untuk mau bersusah payah menggali ilmu, terutama bidang biodiversitas. Apalagi di bidang ini, Indonesia punya keunggulan dibandingkan negara lain,” kata wanita lulusan S3 Hokkaido University, Jepang ini.

Sedangkan SML disampaikan oleh Prof. Dr. Bambang Prasetya, M.Sc. Prasetya merupakan Peneliti Utama di di Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar, Organisasi Riset dan Manufaktur BRIN.

Bidang kepakarannya adalah Bioproses – Bioteknologi, dengan dua bidang penelitian, yaitu Biosafety Produk Rekayasa Genetik, dan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

Sosok ilmuwan yang ramah dan membumi ini meraih jabatan fungsional peneliti tertinggi sebagai Profesor Riset bidang Bioproses pada tahun 2006.

Serangkaian tugas jabatan struktural pernah diembannya, antara lain Asisten Deputi Program Kemenristek pada tahun 2000 – 2004, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada tahun 2012, sekaligus sebagai Ketua Komite Akreditasi Nasional.

Baca Juga:  Ketua UAR: Terus Tingkatkan Kapasitas, Siap Siaga Hadapi Bencana

Pada 20 Maret 2020, ia dilantik kembali menjadi peneliti di Pusat Riset dan Pengembangan SDM BSN. Selanjutnya pada 29 Maret 2022, dilantik menjadi periset di BRIN. Selain itu, sejak 2018, ia mendapat tugas dari presiden RI untuk menjadi Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH-PRG).

Pada SML 2022, pria yang meraih gelar Doktor di George August Gottingen University, Jerman ini akan menyampaikan orasi ilmiahnya tentang Bioethic, Biosafety, Conformity Asessment untuk Percepatan Pemanfaatan Bioteknologi dalam Mendukung Ketahanan Pangan.

Peran bioteknologi, menurutnya, menjadi sangat penting untuk mengatasi berbagai hal termasuk krisis pangan.

Bambang mengatakan, Indonesia masih harus banyak mengejar tentang bioteknologi, dan tidak hanya di teknologi saja, tetapi juga bioetika, biosafety, dan conformity assessment, karena penelitian harus bertaraf internasional.

“Oleh karena itu, kita harus siap mensejajarkan dengan negara lain untuk menguasai teknologi-teknologi itu, sehingga kita terbuka kerja sama dengan berbagai pihak di dalam pengembangan teknologi, dan pengembangan teknologi yang seperti ini juga merupakan akses pasar ke dunia,” katanya.

SA dan SML merupakan kegiatan keilmuan yang diselenggarakan setiap tahun oleh LIPI, yang kini telah terintegrasi ke dalam BRIN.

Penggunaan nama “Sarwono” dimaksudkan untuk mengenang jasa pengabdian Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo dalam membangun ilmu pengetahuan Indonesia.

Sejak 2001, kuliah ilmiah Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture dilaksanakan setiap tahun, dan sejak 2002 diberikan penghargaan Sarwono Memorial Award, yang merupakan penghargaan kepada perorangan atas prestasi luar biasa dalam ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kemanusiaan.(L/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan