Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA
Allah Ta’ala menciptakan makhluk dengan qudrah-Nya, kemudian dengan anugerah-Nya, Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan dengan keadilan-Nya, Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semua ini tertulis pada lauhul mahfudz. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-Taghabun: 2).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Allah telah menjelaskan jalan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan serta orang-orang yang celaka. Allah memuji para hamba yang bertakwa dan mencela orang-orang kafir. Allah juga mengingatkan para hamba-Nya agar tidak latah meniru sifat-sifat orang kafir. Dalam al-Qur’an banyak penjelasan tentang perbuatan dan keyakinan rusak orang-orang kafir serta perangai dan sifat-sifat mereka yang buruk.
Di antaranya, mengingkari hari kebangkitan dan menganggapnya mustahil, tidak beriman kepada takdir, mengeluh dan berkeluh kesah ketika tertimpa musibah, tidak punya harapan kepada Allah, dusta, sombong, berpaling dari ayat-ayat-Nya, hati mereka penuh hasad (rasa iri) terhadap kaum Mukminin yang telah mendapatkan nikmat iman dan mereka berharap nikmat iman itu sirna dari kaum Muslimin. Hasad inilah yang mendorong mereka berusaha menyesatkan orang beriman. Allah berfirman,
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. an-Nisa: 89).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum Muslimin, berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum Muslimin. Mereka berpura-pura amanah, berprilaku dan berperangai terpuji supaya bisa mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah membongkar kedok mereka. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (QS. Ali Imran:118).
Membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka terhadap kaum Muslimin sangat luar biasa, namun Allah tidak akan tinggal diam. Allah pasti akan menghancur leburkan tipu daya mereka serta akan merendahkan dan menghinakan mereka.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Allah melarang rasul-Nya mentaati orang-orang kafir. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik.” (QS. Al-Ahzab: 1).
Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah mengatakan, “Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti ada cacatnya sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Orang-orang kafir tidak tahu menahu ilmu akhirat. Allah berfirman,
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Rum: 7).
Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu mereka kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan minum, tanpa peduli halal dan haram.
Orang-orang kafir itu selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa berterima kasih dan mengkonsumsi barang haram. Allah berfirman,
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl: 83).
Mereka hidup dalam kegelapan, kesesatan serta hanya memperturutkan hawa nafsu. Anggota tubuh yang mestinya merupakan sarana menggapai hidayah sudah tidak berfungsi lagi.
Hati mereka mati, telinga mereka tuli dan mata mereka buta, tidak mau mendengar dan melihat kebenaran. Setan menggiring mereka untuk selalu bermaksiat dan mencari kesenangan-kesenangan nafsu sesaat. Sehingga apa yang mereka lakukan seperti debu yang berterbangan.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Amal kebaikan mereka tidak berguna. Di dunia mereka letih dan di akherat mereka akan merintih tersiksa. Allah tidak mencintai mereka bahkan Allah mengkhabarkan bahwa Dia musuh orang-orang kafir.
Jika Allah benci terhadap seorang hamba, Dia memanggil malaikat Jibril Alaihissallam, “Wahai Jibril sesunggunya Aku benci kepada Fulan, maka bencilah dia! Dan Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru seluruh penduduk langit bahwa Allah membenci Fulan, maka bencilah dia ! Maka penghuni langit pun membencinya. Kemudian ditetapkan baginya kebencian di muka bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jiwa orang kafir menjerit pedih akibat dosa-dosa yang telah ia perbuat dan karena jauh dari Allah, dadanya terasa sesak serta tidak pernah merasakan manisnya iman. Laknat dan murka menimpa mereka. Mereka adalah makhluk Allah yang paling buruk. Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6).
Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi penduduk dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ketika melihat rombongan membawa jenazah:
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
“Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia menuju rahmat Allah sementara hamba yang fajir (bergelimang maksiat, jika dia mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata akan terbebas dari keburukannya.” (HR. Bukhari).
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab dengan wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat dengan rantai sebagai balasan yang setimpal.
Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat buruk mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah membeo prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ, يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل
“Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia.” (HR. Ahmad).
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus mengikuti orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya orang-orang yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan dengan kekufuran, batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah senantiasa dijaga dan dilaksanakan dengan cara berjamaah di masjid-masjid. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir.”
Berdoalah kepada Allah agar Dia senantiasa menjaga keimanan kita dan terhindar dari keburukan sifat orang-orang kafir, wallahua’lam.(RS3/P1)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)