Tinggikan Cita-cita Sebagaimana Allah Yang Mahatinggi

Oleh: KH. Bachtiar Nasir (Da’i dan Ulama’ yang sangat sering mengkaji dan mendalami Ilmu-Ilmu Al-Qur’an)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Surat Ali Imran ayat 26).

Sesungguhnya penyebab, mengapa yang satu kaum disebut bermartabat dan yang satu dipandang rendah atau mengapa yang satu produktif yang lainnya tidak; hanyalah Al-Himmah (semangatnya). Bukan karena tampilan fisiknya, tetapi apa yang ada dalam dirinya.

Seorang pemuda yang berbakat, tetapi sering membuang waktu, maka ia akan merusak diri dan lingkungannya. Sebaliknya, pemuda berbakat yang memaksimalkan waktu dan sumber daya yang dimilikinya untuk ilmu dan amal terbaik, maka ia akan membangkitkan kaumnya menjadi yang terbaik.

Bangsa Indoensia hari ini membutuhkan pembangkit. Baik orang tua, guru, pemimpin, terutama para pemuda untuk sering mengumumkan kepada Allah dan semesta manusia tentang ikrar dan semangat untuk terus berjuang di jalan Allah. Sehingga dapat terlihat dengan jelas kekuatan para pembela agama Allah di bumi Nusantara ini.

Apalagi menghadapi pertemuan kaum gay se-ASEAN yang kabarnya akan digelar di negeri ini, kita tidak boleh kecil suara untuk menggagalkan sekaligus memberi pelajaran kepada para promotornya –yang dalam pandangan syariat sangat berbahaya. Tokoh intelektualnya inilah yang harus kita lawan. Sementara orang-orang bodoh yang ada di bawah arahan mereka harus kita edukasi dan sembuhkan.

Baca Juga:  Turkiye Identifikasi Lokasi Jatuhnya Helikopter Presiden Iran

Penyakit yang mereka tularkan ini sangat dimurkai Allah Ta’ala. Sementara dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah kaum yang paling jorok dan rusak. Kita harus berpegang kepada ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan millah Ibrahim agar bangsa ini bisa selamat dari kerusakan. Kaum sodom ini kaum yang paling Allah benci. Sebagai orang beriman, kecintaan kita harus mengikuti apa yang Allah ridha dan apa yang kita benci mengikuti apa yang Allah murkai. Inilah semangat atau Al-Himmah itu.

Semangat yang paling tinggi itu adalah semangat yang kita gantungkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan berdasarkan motivasi pribadi yang kita miliki. Gantungkan cita-cita kita kepada Zat Yang Maha Tinggi. Bukan hanya setinggi langit.

Orang yang bercita-cita tinggi ini seperti sekumpulan burung yang terbang tinggi, tanpa bisa terjangkau oleh bidikan senapan atau ketapel. Sementara orang yang terbang rendah akan mudah terjangkau lontaran ketapel, lemparan jaring, atau bidikan senapan. Sehingga mereka mudah goyah bahkan mati. Sementara yang terbang tinggi, seperti titik hitam di langit, akan sangat sulit terjangkau dan bisa terus hidup tanpa mesti terganggu oleh gangguan bahkan ancaman.

Begitulah suatu kaum yang menggantungkan cita-citanya kepada Zat Yang Maha Tinggi. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi agar kita meminta kepada Allah, surga yang paling tinggi. Surga Firdaus. Jangan seperti orang-orang yang bermotivasi rendah, “Saya mah tidak apa-apa di emperan surga saja.” Mereka tidak memotivasi dirinya untuk mendapatkan kasih sayang Allah yang paling tinggi. Otomatis usaha mereka pun tidak akan tinggi dan maksimal. Mereka inilah “burung yang mudah kena ketapel”. Yang terbangnya sudah rendah.

Baca Juga:  Duta Al-Quds: Sirah Nabawiyah Perkuat Pembebasan Al-Aqsa

Contoh terkini adalah apa yang dilakukan oleh Elon Musk yang ingin membangun bisnis wisata dan properti di Mars. Walaupun banyak orang yang meragukan apa yang dilakukan oleh Elon Musk, tetapi karena cita-citanya tinggi, melampaui orang kebanyakan, maka dia tidak memiliki pesaing dalam bisnisnya.

Cara Bercita-cita Tinggi
Jadilah mereka yang memiliki cita-cita tinggi. Yang menggantungkan cita-citanya setinggi Dzat Yang Mahatinggi. Bagaimana caranya? Laa Ilaaha Illallah wahdahu laa syarikalah. Lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syain qadir.

Pertama, lihatlah roket. Manakala ia lepas landas dan dilontarkan, maka tubuhnya akan dilepaskan. Beban-beban yang menggelayut di sisi kanan dan kirinya akan dia tinggalkan. Sehingga yang melesat ke udara hanyalah bagian intinya saja. Yaitu kepalanya. Inilah maknanya wahdahu laa syarikalah. Yang membuat kita terbang rendah ini karena masih banyak terbebani oleh segala nafsu yang datang dari selain Allah Swt. Masih banyak tujuan dan keinginan yang bukan karena Allah. Sehingga memberatkan “lontaran” kita menuju Allah.

Kedua, berkomitmenlah kepada Alquran dan sunah. Ibnul Qayyim berkata, “Ketika manusia sudah menolak untuk berhukum kepada Alquran dan sunah, lalu menolak untuk bermahkamah kepada keduanya, kemudian beritikad meyakini bahwa tidak cukup hanya dengan Al-Quran dan sunah; mulailah dia membandingkan dengan pendapat-pendapat dan analogi, dan apa yang dianggapnya baik atau dibandingkan dengan perkataan-perkataan tokohnya, maka pada saat itu mereka mulai terjerumus pada kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada diri seseorang itu bukanlah kerusakan kecil, tetapi adalah kerusakan fitrah yang sangat berbahaya.

Baca Juga:  AWG Adakan Pameran Pojok Baitul Maqdis di Wonogiri

Seperti halnya kerusakan fitrah yang terjadi pada kaum LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer). Tidak hanya merusak diri mereka sendiri, tetapi juga mengancam lingkungan sekitarnya. Mereka menyimpang dari hukum Allah, mengancam keberlangsungan hidup manusia, dan merusak lingkungan sosial karena secara perilaku, mereka inilah kaum yang paling menjijikkan.

Ibnul Qayyim melanjutkan, “Mulai gelaplah kalbu-kalbu mereka dan mulai keruhlah pemahaman-pemahaman mereka. Mulailah ada sumbatan-sumbatan dalam akal mereka. Kemudian menyebarlah kerusakan ini dalam seluruh urusan mereka. Cepat atau lambat menyeluruh sampai orang seperti akhirnya dididik oleh anak kecil karena sudah melemah cara berpikir dan cara bersikapnya. Maka yang mungkar tidak lagi terlihat mungkar. Selanjutnya datanglah negara lain kepada mereka atau kekuasaan lain yang menguasai diri mereka. Masuklah berbagai bid’ah yang menggantikan posisi sunah.

Hawa nafsu sudah menguasai akal, hingga akhirnya hawa nafsu seakan-akan menjadi petunjuk. Kesesatan dilihat sebagai petunjuk. Yang mungkar dianggap ma’ruf, bodoh disebut ilmu, yang bathil disebut al-haq, pamer dianggap ikhlas, kebohongan dianggap kebenaran, sikap merendahkan diri di depan musuh dianggap nasehat, dan kedzaliman dianggap keadilan. Maka, tidak ada lagi kekuatan dan kekuasaan dalam dirinya. Jadilah dia sellau menjadi kalah. Akhirnya kau mini menjadi sasaran empuk

Inilah apabila kita sudah menggeser posisi Alquran dan Assunah sebagai dasar hukum, maka hidup kita juga akan berombang-ambing. Oleh karena itu mari selalu kita perbaharui, “Hasbiyallah laa ilaaha ilaa Huwa ‘alaihi tawakaltu wahuwa robbul arsyil ‘adziim”. Kami merasa cukup hanya bersama Allah karena tiada sesembahan yang patut disembah kecuali Dia, hanya kepada-Nya kami pasrahkan segara urusan kami dan Dia adalah pemilik arsy yang agung. Berpeganglah bahwa tiada hidup kecuali berpandu Al-Quran dan sunah saja. (A/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi