MUFTI UKRAINA SERU MUSLIM HINDARI PERANG SAUDARA

Mufti Said Ismagov (Foto: World Bulletin)
Mufti Said Ismagov (Foto: World Bulletin)

Crimea, 10 Sya’ban 1435/8 Juni 2014 (MINA) – Di saat berita perang saudara antara pejuang pro-Rusia dan pro-pemerintah memecah Ukraina, Mufti Said Ismagov, ulama tertinggi Muslim Ukraina, mendesak umat Islam untuk tetap keluar dari perang yang sedang berlangsung.

World Buletin melaporkan, Sabtu (7/6), melalui akun facebook-nya Ismagov juga memuji hubungan baik negara dengan Islam yang merupakan agama minoritas agama.

“Semuanya baik di Ukraina, Anda bahkan tidak bisa membayangkan seberapa baik hal-hal di sini. Kami semua mendapatkan matahari dan tanah di bawah kaki kami,” tulis Ismagov, Ketua Mufti Komite Muslim Ukraina.

“Kami tidak pernah menghadapi pembantaian Muslim, pembunuhan imam atau pembersihan etnis. Kami membangun masjid di mana saja yang kami inginkan dan mereka tidak pernah menghancurkan,” tambahnya.

Imam umat Islam Ukraina itu telah memuji suasana hidup damai selama beberapa dekade.

Suasana ramah sangat kontradiksi dengan era-Soviet, ketika ratusan ribu umat Islam dipaksa meninggalkan negara asal mereka di Crimea di bawah kekuasaan Stalin.

“Kitab Suci Al-Quran dan terjemahannya tidak pernah dilarang. Kami menerbitkan surat kabar Muslim, mengungkapkan pendapat kami tanpa sensor apa pun,” tulis Ismagov, berbeda dengan Rusia yang mengeluarkan larangan baru pada terjemahan Al-Quran.

“Muslim di Ukraina merupakan bagian integral dari negara ini, bagian dari sejarah umumnya. Kami merasa seperti di rumah di Ukraina. Ini adalah tanah air kami.”

Di saat ancaman perang sipil meningkat di Ukraina, mufti mendesak pejuang dari kedua kubu untuk meninggalkan Ukraina.

Ukraina telah dilanda enam bulan pergolakan yang bergeser menuju ketegangan antara Rusia dan Barat dalam Perang Dingin setelah protes besar memaksa Presiden Ukraina Viktor Yanukovych ke pengasingan.

Langkah Rusia mencaplok Crimea mengikuti referendum yang disetujui oleh 96 persen suara, diikuti oleh beberapa langkah dari Parlemen Crimea pro-Moskow dengan mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan Rusia menganeksasi semenanjung yang disengketakan.

Referendum yang buru-buru diselenggarakan pada 16 Maret diboikot oleh warga Tatar yang menolak jajak pendapat diadakan di bawah todongan senjata dan di bawah pengawasan tentara Rusia.

Setelah aneksasi Rusia terhadap Crimea, kekhawatiran Muslim Tatar meningkat dua kali lipat. Mereka menyuarakan kekhawatirannya atas kehilangan kebebasan dan menghidupkan kembali kenangan pengasingan dan penuntutan yang mereka hadapi pada tahun 1944.

Pada 2012 diperkirakan 500.000 Muslim tinggal di Ukraina dan sekitar 300.000 dari mereka adalah etnis Tatar Crimea. Hari ini Islam adalah agama minoritas terbesar di Ukraina setelah berbagai agama Kristen.
Namun menurut Badan Ulama Muslim Ukraina, ada dua juta Muslim di Ukraina pada 2009. (T/P09/R2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Bahron Ansori

Comments: 0