Oxfam: Gencatan Senjata di Gaza Lebih Sekedar ‘Jeda’ Penderitaan Luar Biasa

Gaza, MINA – Oxfam, lembaga amal yang bermarkas di London, menyambut gencatan senjata selama empat hari serangan Zionis Israel di Jalur Gaza, namun ini menggambarkannya sebagai hal tidak memadai untuk mengatasi penderitaan warga Palestina yang ditimbulkan akibat serangan militer Zionis.

Organisasi tersebut membuat pengumuman pada Rabu (22/11) setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas yang berbasis di Gaza mengumumkan perjanjian gencatan senjata tersebut, demikian Perss Tv, Kamis (23/11).

Kesepakatan itu, kata Hamas, akan mengizinkan masuknya truk bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar ke wilayah pesisir dan juga membatasi lalu lintas udara Israel di Gaza utara hingga enam jam sehari.

Badan amal tersebut menyebut jeda tersebut sebagai “jeda yang menyenangkan, tetapi tidak lebih dari itu.”

Baca Juga:  Abu Obeida: Netanyahu Pilih Bunuh Pasukannya daripada Ambil Kesepakatan

“Empat hari ke depan akan dipenuhi oleh upaya darurat yang putus asa yang hanya memberikan bantuan yang sangat terbatas, tidak sebanding dengan besarnya penderitaan dan kehancuran, dan pada akhirnya tidak ada keberlanjutannya. Ini adalah solusi yang akan menghilangkan pendarahan. luka setelah empat hari,” catatnya.

“Tidak ada jeda yang cukup lama, atau koridor yang cukup lebar, atau pilihan lain untuk memberikan bantuan yang cukup kreatif, untuk meringankan penderitaan dua juta orang, kehancuran Gaza, dan hilangnya nyawa orang tak berdosa.”

Rezim Zionis Israel melancarkan perang pada 7 Oktober menyusul operasi yang dilakukan oleh kelompok perlawanan di wilayah Palestina.

Pada Rabu, Hamas mencatat bahwa serangan tersebut telah menewaskan hingga 14.532 warga Palestina, termasuk sekitar 6.000 anak-anak.

Baca Juga:  Tentara Israel Serbu Masjid Ibrahimi, Larang Azan Berkumandang

“Sekitar 7.000 orang masih hilang di Gaza, sekitar 4.700 diantaranya anak-anak dan perempuan, kata gerakan tersebut,” ujarnya. Lebih dari 60 persen bangunan di Jalur Gaza telah rusak akibat pemboman Israel yang terus berlanjut.

Badan amal tersebut menggambarkan satu-satunya solusi terhadap situasi mengerikan di Gaza adalah “mengakhiri pertumpahan darah yang mengerikan ini.”

Situasi di seluruh wilayah Palestina dapat diatasi melalui penegakan hukum mengakhiri pendudukan militer Zionis Israel yang berkepanjangan di wilayah tersebut, dan blokade yang dilakukan Israel terhadap Gaza sejak tahun 2007, demikian yang diingatkan oleh laporan tersebut. (T/R4/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Bahron Ansori