Ragam Upaya Pemprov DKI Mitigasi Perubahan Iklim di Jakarta

Jakarta, MINA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan dalam laporan PPID DKI, Selasa (11/10), dalam rangka mewujudkan kota global yang berketahanan, Pemprov DKI Jakarta serius melakukan berbagai upaya pembangunan hijau.

Pembangunan hijau yang ramah lingkungan ini terimplementasi dalam program pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), penyediaan transportasi ramah lingkungan hingga sistem transportasi yang terintegrasi.

Ruang Terbuka Hijau

Selama lima tahun terakhir, Pemprov DKI terus menggalakkan pembangunan taman dan hutan kota. Sehingga, ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta pun semakin merata dan diminati oleh publik.

Berdasar data dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) DKI Jakarta, dalam lima tahun sebanyak lebih dari 420 taman dibangun dan direvitalisasi, serta lebih dari 200.000 pohon tertanam.

“Sebanyak 91% luas wilayah Jakarta berada dalam radius berjalan kaki (800 meter) dari taman dan hutan kota. Ruang terbuka hijau yang dibangun oleh pemprov DKI Jakarta lebih inklusif dan merata,” kata Gubernur Anies.

Memuliakan Pejalan Kaki dan Pesepeda

Penataan yang dilakukan mengutamakan akses pejalan kaki dan mendorong masyarakat beralih ke transportasi publik.(Foto: PPID DKI)

 

Dalam lima tahun terakhir, Jakarta berkembang sebagai kota transit, bukan lagi yang memprioritaskan kendaraan pribadi dalam pembangunannya tetapi juga pejalan kaki di perkotaan.

Penataan yang dilakukan mengutamakan akses pejalan kaki dan mendorong masyarakat beralih ke transportasi publik. Telah dibangun trotoar sepanjang 265 km, 103 km jalur sepeda, dan 67 bike sharing spots.

Sebagai upaya mendukung program bebas emisi pada tahun 2030, beberapa ruang publik di Jakarta dibangun dengan menerapkan konsep Low Emission Zone (LEZ).

Oleh karenanya, di area ini, Pemprov DKI mengintegrasikannya dengan berbagai moda transportasi publik agar mudah dijangkau oleh masyarakat.

Kawasan yang ditetapkan LEZ misalnya Tebet Eco Park dan Kawasan Kota Tua. Area penerapan LEZ Kota Tua Jakarta adalah Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Kali Besar Barat sisi selatan, Jalan Kunir sisi selatan, Jalan Kemukus, Jalan Ketumbar, dan Jalan Lada. Selain itu, LEZ juga diterapkan di Tebet Eco Park (TEP).

Transportasi Publik Diminati

Per 2020, Jakarta berhasil keluar dari 10 besar kota termacet di dunia dan kini berada di peringkat 46.

Sejalan dengan hal tersebut, popularitas transportasi umum meningkat, jumlah penumpang harian mencapai 1 juta orang dan jumlah penumpang tahunan meningkat 2 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.

Transportasi publik dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki dalam radius 700 meter dari tempat

Sebanyak 86,8% warga tinggal dengan transortasi publik, cakupan transportasi publik menjadi 2 kali lipat dalam 4 tahun (42% pada 2017).

Moda Transportasi Terintegrasi

(Foto: PPID DKI)

Geliat ekonomi perlu ditunjang dengan kemudahan bertransportasi publik. Di bawah payung JakLingko, Pemprov DKI Jakarta mengintegrasikan berbagai moda transportasi umum untuk memudahkan mobilisasi warga.

Integrasi yang dilakukan mulai dari integrasi fisik hingga integrasi tarif. Seperti stasiun MRT Jakarta yang terhubung dengan Halte Transjakarta dan Stasiun KRL, juga Stasiun LRT Jakarta yang terkoneksi dengan mikrotrans serta bus Transjakarta, menghubungkan warga ke mana saja.

MRT Jakarta resmi beroperasi pada tahun 2019 dengan beroperasinya rute Lebak Bulus-Bundaran HI, sementara pengerjaan rute Bundaran HI-Kota terus dilanjutkan. Selain itu, di jalur MRT ini juga dikembangkan kawasan Transit Oriented Development (TOD).

Kemudian, dibangun integrasi ruang yang terdiri dari 9 simpul integrasi antarmoda (interkoneksi bawah tanah, terowongan kendal, integrasi stasiun Tanah Abang, JPO Phinisi Sudirman, Halte Integrasi CSW, Integrasi Stasiun Tebet); 14 jembatan penyeberangan orang (JPO) baru; revitalisasi dan interkoneksi bawah tanah pertama MRT

Sistem pembayaran moda transportasi publik kini juga sudah terintegrasi dengan aplikasi JakLingko. Cari tahu rute perjalanan hingga pembelian tiket hanya lewat genggaman tangan.

Wujudkan Kota Beremisi Rendah

Pemprov DKI juga terus berkomitmen untuk mendukung berbagai upaya yang menjadikan Jakarta sebagai kota beremisi rendah. Hal itu ditujukan untuk mempersiapkan penduduk kota dapat melakukan dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah karena dampak .

Salah satu program yang diwujudkan yaitu melalui pembangunan Sekolah Net Zero Carbon dan green building. Terdapat empat sekolah yang menjadi pilot project, yakni SDN Duren Sawit 14, Jakarta Timur; SDN Grogol Selatan 09, Jakarta Selatan; SDN Ragunan 08 Pagi, 09 Pagi, 11 Petang, Jakarta Selatan; dan SMAN 96 Jakarta, Jakarta Barat.

Bangunan dengan konsep Net Zero Carbon ini adalah bangunan yang hemat energi saat beroperasi dan sebagian besar kebutuhan energinya dipasok dari sumber energi terbarukan. Sehingga, secara emisi karbon yang dihasilkan sangat minim.

Sementara itu, tercatat hingga tahun 2022, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Jakarta telah berhasil menghemat dana sebanyak 705 miliar rupiah pertahun dengan hasil pengurangan karbon dioksida sebanyak 13.025 ton, serta menggantikan 1.9 juta liter bahan bakar fosil. Selain itu, Jakarta juga sudah memenuhi 80,8 persen dari target 13,8 MWp PLTS hingga tahun 2025.

Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah terus menjadi prioritas. Sebagai antisipasi penuhnya kapasitas TPST Bantargebang, Pemprov DKI Jakarta terus mempromosikan program Jakarta Sadar Sampah, mengajak warga untuk mengurangi, memilah, dan mengolah sampah dari rumah.

Sebanyak 50 persen RW di Jakarta telah melakukan pengangkutan sampah terjadwal, dan 141.418 rumah tangga telah melakukan pemilahan sampah. Tingginya antusiasme masyarakat untuk mengolah sampah juga dibuktikan dengan naiknya para kolaborator isu persampahan hingga dua kali lipat pada rentang waktu 2021-2022.

Selain itu, ada juga budidaya maggot atau larva yang terbukti efektif mengurangi sampah organik dan memiliki nilai ekonomis sebagai pakan ternak.

Inovasi dan kolaborasi bersama warga ini pun mampu menurunkan volume sampah di kota sebesar 24,85% di tahun 2021 dan 26% di tahun 2022.

Sebagai langkah optimalisasi TPST Bantargebang, tersedia fasilitas pengolahan sampah dengan metode penambangan lahan dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah-Putih.

Peremajaan dan pengembangan TPST Bantargebang juga dilakukan. Dengan pemanfaatan teknologi, sampah yang terolah mencapai 250 ton/hari dari landfill mining eksisting dan PLTSa.

Pengelolaan Limbah

Solusi permasalahan sanitasi dan air limbah juga turut dilakukan untuk mengurangi pencemaran air di Jakarta.

Salah satunya adalah dengan memanfaatkan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) Skala Permukiman. Sistem SPALD mengalirkan air limbah domestik ke jaringan perpipaan agar tidak langsung meresap dan mencemari tanah.

Hadirnya SPALD juga diharapkan mengurangi penyakit bawaan air (waterborne diseases) yang disebabkan oleh saluran drainase lingkungan yang kotor atau air tanah yang tercemar bakteri E. coli.

SPALD-T Skala Perkotaan telah dimodernisasi dan akan terus dibangun secara merata.

Adapun total keseluruhan Zona Pembangunan SPALD-T skala perkotaan yang direncanakan melalui Program pembangunan Jakarta Sewerage System yaitu 15 Zona dengan Zona 0 sebagai Zona eksisting (Waduk Setiabudi) dan 5 Zona prioritas (Zona 1, 2, 5, 6 dan 8).

Berikut daftar rencana pembangunan IPAL 14 zona, luasan area IPAL dan kapasitas pengolahannya :

1. Waduk Pluit, berkapasitas 240.000 m3/hari dengan luas 3,9 ha
2. Waduk Muara Angke, berkapasitas 21.000 m3/hari dengan luas 0,8 ha
3. Hutan Kota Srengseng, berkapasitas 103.680 m3/hari dengan luas 4 ha
4. IPLT Pulo Gebang, berkapasitas 300.000 m3/hari dengan luas 8,7 ha
5. Waduk Sunter Utara, berkapasitas 129.600 m3/hari dengan luas 4,6 ha
6. IPLT Duri Kosambi, berkapasitas 282.000 m3/hari dengan luas dengan luas 6 ha
7. Rencana Waduk Kamal Pegadungan, berkapasitas 69.120 m3/hari dengan luas 3,9 ha
8. Rencana Waduk Marunda, berkapasitas 160.000 m3/hari dengan luas 6 ha
9. Rencana Waduk Rawa Rorotan, berkapasitas 85.996 m3/hari dengan luas 2,9 ha
10. IPLT Pulo Gebang, berkapasitas 300.000 m3/hari dengan luas 8,7 ha
11. Rencana Waduk Ulujami, berkapasitas 252.572 m3/hari dengan luas 5,9 ha
12. Kebun Binatang Ragunan, berkapasitas 88.862 m3/hari dengan luas 3,1 ha
13. Rencana Waduk Kampung Dukuh, berkapasitas 168.596 m3/hari dengan luas 5,7 ha
14. Rencana Waduk RW 05, Ceger, berkapasitas 98.763 m3/hari dengan luas 3,6 ha

Kapasitas Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat Skala Permukiman semakin meluas. Tercatat pada tahun 2013 hingga 2016 menghasilkan 8000 meter kubik perhari. Sementara 2018 hingga 2022 menghasilkan 15.500 meter kubik perhari.

Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga memberikan subsidi revitalisasi tangki septik. Adapun penerima subsidi revitalisasi tangki septik ditujukan untuk rumah yang belum memiliki tangki septik atau memiliki tangki septik namun bocor, rumah di kawasan kumuh, rumah yang wilayahnya terdampak rob, air tanah tinggi, rumah dengan daerah dengan tingkat bakteri E.coli yang tinggi.

98% biaya revitalisasi tangki septik ditanggung oleh Pemprov DKI Jakarta. Total biaya revitalisasi tangki septik per Rumah Tangga sebesar Rp 10.200.000.

Namun, setelah mendapatkan subsidi, biaya revitalisasinya menjadi sebesar Rp 200.000. Masyarakat yang menerima subsidi tersebut adalah yang terdaftar pada Data Terpadu Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.(R/R1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.