Presiden Brasil: Perang di Gaza Bukan Antar Tentara Melainkan Tentara Lawan Anak-Anak dan Perempuan

Presiden Brasil, Lula da Silva. (Photo: PIC)

Gaza, MINA – Presiden Brasil, Lula da Siva saat menghadiri pertemuan Uni Afrika mengatakan, Pertempuran di Gaza bukanlah perang antara tentara melawan tentara, melainkan perang antara tentara bersenjata lengkap dengan perempuan dan anak-anak.

“Apa yang terjadi di Jalur Gaza bukanlah perang, melainkan genosida. Dan ini bukanlah perang antara tentara melawan tentara. Ini adalah perang antara tentara yang sangat siap dengan perempuan dan anak-anak.,” katanya kepada wartawan Addis Ababa, Senin (19/2) seperti dikutip dari PIC.

Dia menekankan, hal tersebut tidak terjadi dalam sejarah lain, “Faktanya, hal ini telah terjadi ketika Hitler memutuskan untuk membunuh orang-orang Yahudi,” katanya.

Presiden Brasil, Lula da Silva dalam pertemuan tersebut menarik duta besar negaranya dari Israel. Demikian Reuters mengumumkan.

Baca Juga:  Qurban dan Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim

Perkembangan tersebut terjadi setelah da Silva menuduh pendudukan Israel melakukan “genosida” di Jalur Gaza, menyamakan apa yang mereka lakukan di sana dengan Holocaust selama Perang Dunia II.

Belakangan, Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan bahwa mereka telah memanggil duta besar Brasil untuk menegurnya.

Dalam konteks tersebut, Hebrew Channel 13 mengatakan, Brasil mengusir duta besar (Israel) dan menarik duta besarnya dari (Israel), sebagai protes terhadap (perang di Gaza).

Sejak tanggal 7 Oktober, tentara pendudukan Israel melanjutkan agresinya terhadap Jalur Gaza, dengan dukungan Amerika dan Eropa, ketika pesawat mereka mengebom sekitar rumah sakit, gedung, menara, dan rumah warga sipil Palestina, menghancurkannya di atas kepala para penghuninya, dan mencegah masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Baca Juga:  Hasil Final Thailand Open 2024, Tuan Rumah Dua Gelar

Agresi berkelanjutan pendudukan terhadap Gaza menyebabkan 29,92 orang syahid dan melukai 69,28 orang, selain itu lebih dari 85 persen (sekitar 1,9 juta orang) penduduk Jalur Gaza harus mengungsi, berasarkan keternagan pihak berwenang Jalur Gaza dan badan-badan organisasi internasional. (T/R12/B04)

Mi’raj News AGency (MINA)