Jihad Islam: Israel Gagal Hilangkan Kekuatan Perlawanan

Gaza, MINA –  Utusan Gerakan perlawanan Jihad Islam Palestina untuk Teheran mengatakan Israel telah gagal mencapai “satu tujuan pun” setelah agresi brutal di Jalur Gaza yang terkepung, terutama dalam menghilangkan kekuatan perlawanan di Gaza.

“Tujuan utama rezim Zionis adalah untuk menghancurkan kekuatan perlawanan, namun, terlepas dari semua kebrutalan dan kejahatan yang dilakukannya serta dukungan dari kekuatan arogan, mereka tidak dapat mencapai apa pun,” kata Nasser Abu-Sharif dalam sebuah pernyataan seperti dikutip ISNA, Senin (27/11).

Dia juga mencatat, bahwa agresi yang dimulai pada 7 Oktober, bahkan telah menimbulkan banyak korban dan kerugian pada Israel dan menghancurkan perekonomian mereka, dan “sekarang lumpuh total.”

Baca Juga:  Mesir Tolak Usulan Israel Soal Perlintasan Rafah

“Pernyataannya muncul ketika Israel terpaksa capai kesepakatan gencatan senjata dengan gerakan perlawanan Hamas berdasarkan persyaratan tersebut,” kata Abu Sharif.

Abu-Sharif menggambarkan gencatan senjata selama empat hari mulai berlaku pada hari Jumat sebagai “kesempatan untuk memberikan bantuan, air, makanan dan obat-obatan kepada perempuan dan anak-anak di Gaza dan menyediakan perlindungan bagi para pengungsi.

Utusan tersebut mencatat bahwa agresi Israel telah mengungkap “realitas dan kekejaman” negara-negara Barat yang mendukung rezim pendudukan. Barat “tidak menghormati hukum internasional, aturan moral, dan kebebasan.”

Abu-Sharif mengapresiasi sikap Iran terhadap situasi di Gaza, mengacu pada pernyataan Presiden Ebrahim Raeisi dalam pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Riyadh awal bulan ini.

Baca Juga:  Ketua UAR: Terus Tingkatkan Kapasitas, Siap Siaga Hadapi Bencana

Namun, utusan tersebut mengecam beberapa rezim Arab karena kegagalan mereka mengambil langkah-langkah praktis dalam mendukung Palestina.

“Sayangnya, negara-negara yang memiliki hubungan dengan rezim Zionis dan berbatasan dengan Gaza, seperti Mesir, tidak dapat mengambil sikap serius.”

Abu-Sharif meremehkan pernyataan yang dibuat oleh beberapa negara Arab yang mengutuk serangan gencar Israel, dan menekankan bahwa “langkah-langkah praktis lebih penting.”

Lanjutnya, negara-negara Arab tidak boleh membiarkan “segelas air” memasuki Gaza tanpa izin Israel, dan menggambarkan semua hubungan dengan Israel sebagai “tikaman dari belakang bagi bangsa Palestina.”

Dia mendesak negara-negara yang mempertahankan hubungan dengan Tel Aviv untuk “memutuskan hubungan mereka sepenuhnya” dengan Penjajah Israel.

Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan Israel sebagai tanggapan terhadap kampanye yang dilakukan Zionis Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.

Baca Juga:  WHO: Tak Ada Pasokan Medis yang Diterima di Gaza Selama 10 hari

Tel Aviv juga memblokir pasokan air, makanan, dan listrik ke Gaza, sehingga membuat kantong pantai tersebut mengalami krisis kemanusiaan. Hampir 15.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan Israel. (T/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi